surat al maidah ayat 114 latin

Isi kandungan Surah Al Maidah Ayat 119 menjelaskan tentang puncak kebahagiaan manusia setelah melewati perhitungan amal pada hari Kiamat yaitu Surga dan Ridha Ilahi.. Surah Al Maidah turun di kota Madinah sehingga surah tersebut masuk dalam golongan surah Madaniyah, berjumlah 120 ayat, masuk dalam nomer surah ke-5 juz 6 (ayat 1-82) dan juz 7 (ayat 83-120) dalam kitab suci Artikelkali ini akan memuat Surat Al Maidah Ayat 3, 32, 48 dan 114 dalam tulisan Latin dan Arab Serta dilengkapi dengan Terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Surat al maidah sendiri merupakan surat dengan urutan ke 5 dalam daftar nama surat dalam al-quran yang berjumlah 120 ayat dan tergolong pada surat madaniyah. Search Arab Jinn Amliyat Whatsapp No. Will Smith, make room for another genie - or two - when Jinn arrives on Netflix tomorrow, June 13 A non-muslim Jinn Interrupts A Phone Conversation between A sheikh And a sister on live TV: Smiling Shuhada: Scientist testifies to the truth of the Quran: How Google Earth was used to proof the words of the Prophet Muhammad ( SAW ) Rear pictures of mecca SuratAl Maidah Ayat 3: Latin, Arti, Makna tentang Larangan Memakan Daging Babi dan Bangkai . JAKARTA, Surat Al Maidah ayat 3 mengandung perintah dari Allah SWT bagi hamba-hamba-Nya mengenai larangan memakan bangkai-bangkai hewan, darah dan daging babi. Hal ini tidak sekali-kali diharamkan, melainkan karena padanya terkandung mudarat NabiIsa putra Maryam menjawab permohonan al-hawariyyun dengan berdoa kepada Allah, "Ya Tuhan kami, yang menguasai semua urusan, turunkanlah kepada kami hidangan yang lezat, nikmat, dan penuh berkah dari langit secara langsung, yang peristiwa turunnya hidangan ini akan menjadi hari raya, yakni menjadi peristiwa penting bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang sekarang bersama kami, al-hawariyyun, maupun yang datang setelah kami, yaitu orang-orang yang beriman kepada Allah dan Nabi Muhammad Site De Rencontre Amoureuse Pour Ado Gratuit. - Setiap manusia pasti ingin rezeki Al Maidah Ayat 114 membahas doa mohon rezeki melimpah ruah halal dan berkah yang dipanjatkan oleh nabi Isa Al Maidah Ayat 114 merupakan surah Madaniyah yaitu surah yang turun di kota Madinah. Baca Juga 6 Cara Mudah Mengecek E-KTP Lewat Online, Bisa Cek Lewat WhatsApp juga Lho...Surah Al Maidah berjumlah 120 ayat, masuk dalam nomer surah ke-5 juz 6 ayat 1-82 dan juz 7 ayat 83-120 dalam kitab suci Al Qur' Al Maidah artinya "jamuan hidangan", nama lain dari Surah Al Maidah yaitu al-'Uqud yang berarti "Perjanjian-Perjanjian" dan al-Munqiz yang berarti "Yang Menyelamatkan".Dikutip dari berbagai sumber, berikut ini adalah Surah Al Maidah Ayat 114 dengan latin dan artinya yaitu Baca Juga Harga Mie Instan Naik 3 Kali Lipat! Tenang, Ini 6 Alternatif Makanan yang Pastinya Ramah di Kantongqāla 'īsabnu maryamallāhumma rabbanā anzil 'alainā mā`idatam minas-samā`i takụnu lanā 'īdal li`awwalinā wa ākhirinā wa āyatam mingka warzuqnā wa anta khairur-rāziqīnArtinya "Isa putra Maryam berdoa, “Ya Allah Tuhan kami, turunkanlah kepada kami hidangan dari langit yang hari turunnya akan menjadi hari raya bagi kami,yaitu bagi orang-orang yang sekarang bersama kami maupun yang datang setelah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu. Baca Juga GIIAS 2022 Tampilkan Banyak Kendaraan Listrik, Menko Airlangga Hartarto Beri ApresiasiBerilah kami rezeki. Engkaulah sebaik-baik pemberi rezeki.”Tafsir Surah Al Maidah Ayat 114Nabi Isa putra Maryam menjawab permohonan al-hawariyyun dengan berdoa kepada Allah, “Ya Tuhan kami, yang menguasai semua urusan, turunkanlah kepada kami hidangan yang lezat, nikmat, dan penuh berkah dari langit secara langsung,yang peristiwa turunnya hidangan ini akan menjadi hari raya, yakni menjadi peristiwa penting bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang sekarang bersama kami, al-hawariyyun, maupun yang datang setelah kami, yaitu orang-orang yang beriman kepada Allah dan Nabi Muhammad; dan turunnya hidangan ini akan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau sekaligus menjadi mukjizat bagiku. Terkini إِذْ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ يعِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ هَلْ يَسْتَطِيعُ رَبُّكَ أَن يُنَزِّلَ عَلَيْنَا مَآئِدَةً مِّنَ السَّمَآءِ قَالَ اتَّقُواْ اللَّهَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ - قَالُواْ نُرِيدُ أَن نَّأْكُلَ مِنْهَا وَتَطْمَئِنَّ قُلُوبُنَا وَنَعْلَمَ أَن قَدْ صَدَقْتَنَا وَنَكُونَ عَلَيْهَا مِنَ الشَّـهِدِينَ - قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ اللَّهُمَّ رَبَّنَآ أَنزِلْ عَلَيْنَا مَآئِدَةً مِّنَ السَّمَآءِ تَكُونُ لَنَا عِيداً لاًّوَّلِنَا وَءَاخِرِنَا وَءَايَةً مِّنْكَ وَارْزُقْنَا وَأَنتَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ - قَالَ اللَّهُ إِنِّى مُنَزِّلُهَا عَلَيْكُمْ فَمَن يَكْفُرْ بَعْدُ مِنكُمْ فَإِنِّى أُعَذِّبُهُ عَذَاباً لاَّ أُعَذِّبُهُ أَحَداً مِّنَ الْعَـلَمِينَ 112. Remember when Al-Hawariyun said "O Isa, son of Maryam! Can your Lord send down to us a Ma'idah from heaven'' Isa said "Have Taqwa of Allah, if you are indeed believers.''113. They said "We wish to eat thereof and to be stronger in faith, and to know that you have indeed told us the truth and that we ourselves be its witnesses. ''114. Isa, son of Maryam, said "O Allah, our Lord! Send us from heaven a table spread with food that there may be for us - for the first and the last of us - a festival and a sign from You; and provide us sustenance, for You are the Best of sustainers.''115. Allah said "I am going to send it down unto you, but if any of you after that disbelieves, then I will punish him with a torment such as I have not inflicted on anyone among the Alamin.'' This is the story of the Ma'idah, the name of which this Surah bears, Surat Al-Ma'idah. This is also among the favors that Allah granted His servant and Messenger, `Isa, accepting his request to send the Ma'idah down, and doing so as clear proof and unequivocal evidence. Allah said, إِذْ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ Remember when Al-Hawaryun said... the disciples of `Isa said, يعِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ هَلْ يَسْتَطِيعُ رَبُّكَأَن يُنَزِّلَ عَلَيْنَا مَآئِدَةً مِّنَ السَّمَآءِ O `Isa, son of Maryam! Can your Lord send down to us a Ma'idah from heaven The Ma'idah is the table that has food on it. Some scholars said that the disciples requested this table because they were poor and deprived. So they asked `Isa to supplicate to Allah to send a table of food down to them that they could eat from every day and thus be more able to perform the acts of worship. قَالَ اتَّقُواْ اللَّهَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ `Isa said "Have Taqwa of Allah, if you are indeed believers.'' `Isa answered them by saying, `Have Taqwa of Allah! And do not ask for this, for it may become a trial for you, but trust in Allah for your provisions, if you are truly believers. ' قَالُواْ نُرِيدُ أَن نَّأْكُلَ مِنْهَا They said "We wish to eat thereof.'' we need to eat from it, وَتَطْمَئِنَّ قُلُوبُنَا and to be stronger in faith, when we witness it descending from heaven as sustenance for us, وَنَعْلَمَ أَن قَدْ صَدَقْتَنَا and to know that you have indeed told us the truth, of your Message and our faith in you increases and also our knowledge, وَنَكُونَ عَلَيْهَا مِنَ الشَّـهِدِينَ and that we ourselves be its witnesses. testifying that it is a sign from Allah, as proof and evidence that you are a Prophet, and attesting to the truth of what you brought us, قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ اللَّهُمَّ رَبَّنَآ أَنزِلْ عَلَيْنَا مَآئِدَةً مِّنَ السَّمَآءِ تَكُونُ لَنَا عِيداً لاًّوَّلِنَا وَءَاخِرِنَا `Isa, son of Maryam, said "O Allah, our Lord! Send us from heaven a table spread with food that there may be for us - for the first and the last of us - a festival...'' As-Suddi commented that the Ayah means, "We will take that day on which the table was sent down as a day of celebration, that we and those who come after us would consider sacred.'' Sufyan Ath-Thawri said that it means, "A day of prayer.'' وَءَايَةً مِّنْكَ and a sign from You. proving that You are able to do all things and to accept my supplication, so that they accept what I convey to them from You, and provide us sustenance, a delicious food from You that does not require any effort or hardship, وَأَنتَ خَيْرُ الرَّازِقِينَقَالَ اللَّهُ إِنِّى مُنَزِّلُهَا عَلَيْكُمْ فَمَن يَكْفُرْ بَعْدُ مِنكُمْ "For You are the Best of sustainers.'' Allah said "I am going to send it down unto you, but if any of you after that disbelieves...'' by denying this sign and defying its implication, O `Isa, فَإِنِّى أُعَذِّبُهُ عَذَاباً لاَّ أُعَذِّبُهُ أَحَداً مِّنَ الْعَـلَمِينَ then I will punish him with a torment such as I have not inflicted on anyone among the `Alamin. among the people of your time. Allah said in similar Ayat, وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُواْ ءَالَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ And on the Day when the Hour will be established it will be said to the angels "Cause Fir'awn's people to enter the severest torment!'' 4046, and, إِنَّ الْمُنَـفِقِينَ فِى الدَّرْكِ الاٌّسْفَلِ مِنَ النَّارِ Verily, the hypocrites will be in the lowest depths of the Fire. 4145 Ibn Jarir said that `Abdullah bin `Amr said, "Those who will receive the severest torment on the Day of Resurrection are three The hypocrites, those from the people of Al-Ma'idah who disbelieved in it, and the people of Fir`awn.'' Ibn Abi Hatim recorded that Ibn `Abbas said, "They said to `Isa, son of Maryam, `Supplicate to Allah to send down to us from heaven, a table spread with food.' He also said, `So the angels brought the table down containing seven fish and seven pieces of bread and placed it before them. So the last group of people ate as the first group did.'' Ibn Jarir recorded that Ishaq bin `Abdullah said that the table was sent down to `Isa son of Maryam having seven pieces of bread and seven fish, and they ate from it as much as they wished. But when some of them stole food from it, saying, "It might not come down tomorrow,'' the table ascended. These statements testify that the table was sent down to the Children of Israel during the time of `Isa, son of Maryam, as a result of Allah's accepting his supplication to Him. The apparent wording of this Ayah also states so, قَالَ اللَّهُ إِنِّى مُنَزِّلُهَا عَلَيْكُمْ Allah said "I am going to send it down unto you...'' 5115. إِن تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ ۖ وَإِن تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنتَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ Arab-Latin In tu'ażżib-hum fa innahum 'ibāduk, wa in tagfir lahum fa innaka antal-'azīzul-ḥakīmArtinya Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Al-Ma'idah 117 ✵ Al-Ma'idah 119 »Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangPelajaran Penting Terkait Surat Al-Ma’idah Ayat 118 Paragraf di atas merupakan Surat Al-Ma’idah Ayat 118 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada beberapa pelajaran penting dari ayat ini. Terdokumentasikan beberapa penjabaran dari kalangan mufassirun terkait makna surat Al-Ma’idah ayat 118, misalnya sebagaimana termaktub📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi ArabiaSesungguhnya Engkau, ya Allah, bila menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hambaMU, dan Engkau lebih tahu keadaan mereka. Engkau dapat melakukan apa saja pada mereka yang Engkau kehendaki berdasarkan sifat keadilanMu. Dan bila Engkau mengampuni dengan sifat rahmatMu kepada orang diantara mereka yang mendatangkan sebab-sebab ampunan, sesungguhnya Engkau Maha perkasa yang tidak terkalahkan, lagi Maha bijaksana dalam pengaturan dan perintahMu.” Dan ayat ini merupakan bentuk pujian bagi Allah terhadap sifat hikmah dan keadilanNya, serta kesempurnaan ilmuNya.📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid Imam Masjidil Haram118. Jika Engkau -wahai Rabbku- mengazab mereka, sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu yang dapat Engkau perlakukan menurut kehendak-Mu. Dan jika Engkau bermurah hati dengan memberikan ampunan kepada orang yang beriman di antara mereka, maka tidak ada masalah bagi-Mu. Karena Engkau adalah Rabb Yang Maha Perkasa yang tidak mungkin terkalahkan lagi Maha Bijaksana dalam mengatur urusan-Mu.”📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah118. Ya Allah, jika engkau mangazab orang-orang yang berbuat syirik di antara mereka, maka sesungguhnya Engkau Maha Kuasa untuk melakukan itu. Dan jika engkau mengampuni orang yang mengesakan-Mu dan memasukkannya ke dalam surga-Mu, maka sesungguhnya Engkau Maha Perkasa dan Maha Kuasa atas urusannya serta Maha Bijaksana dalam menetapkan segala dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah118. إِن تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ ۖ Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau Yakni Engkau berbuat kepada mereka apa yang Engkau kehendaki dan memutuskan perkara mereka sesuai keinginan Engkau. وَإِن تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنتَ الْعَزِيزُ dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa Yakni yang Maha Kuasa untuk melakukan itu. الْحَكِيمُlagi Maha Bijaksana Yakni bijaksana dalam segala perbuatan-Nya. Nabi Isa mengatakan ini dengan penuh ketundukan sebagaimana ketundukan seorang budak kepada tuannya. Dan dengan perkataan ini, Nabi Isa berlepas diri dari kuasanya untuk berbuat sesuatu bagi umatnya di hari kiamat, karena kekuasaan saat itu berada di tangan Allah saja. Diriwayatkan bahwa Rasulullah shalat dengan membaca ayat ini pada sebuah malam, ia mengulang-ulanginya sampai pagi.📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia1 . Rasulullah pernah mendirikan shalat satu malam penuh dengan bacaan satu ayat yang beliau ulangi sampai masuk waktu subuh, yaitu { إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ ۖ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ } “Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” ; oleh karena itu IbnulQayyim berkata jika beliau melewati satu ayat dalam al-Qur’an, dan saat itu pun ia butuh untuk kesembuhan dan ketenangan hatinya, beliau membaca ayat itu berulang kali bahkan sampai 100 kali pun ia akan membacanya, atau bahkan sampai menghabiskan satu malam penuh ia akan melakukannya! , karena bacaan qur’an yang disertai dengan tafakkur dan tadabbur, adalah lebih baik daripada bacaan qur’an sampai khatam tanpa disertai dengan tadabbur dan tafakkur, dan dengan cara itu akan lebih bermanfaat dan lebih membekas di hati, serta lebih menjamin untuk kuatnya keimanan seorang muslim. 2 . Jika hatimu terbuka maka berhentilah, yakni jika kamu mendapati hatimu tersentuh oleh satu ayat dalam al-Qur’an, maka bukalah untuknya, dan berhentilah beberapa saat untuk kamu mengulanginya dan mentadabburinya, karena Rasulullah pernah melakukan hal itu dengan mengulangi bacaan satu ayat dalam alQur’an satu malam penuh, yaitu { إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ ۖ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ } 3 . Pegamatan pada asma’ al-husna yang menjadi penutup suatu ayat dalam al-qur’an adalah salah satu kunci untuk memahami ayat-ayat al-Qur’an dan mentadabburinya, sebagai contoh firman Allah { إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ ۖ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ } , ayat ini tidak ditutup dengan firman-Nya الغفور الرحيم karena kedudukan ayat ini beetepatan dengan koteks marah dan pembalasan atas perbuatan orang-orang musyrik yang mempersekutukan Allah dalam ibadah, maka lafazh Izzah dan Hikmah lebih sesuai dari kata Rahmah.📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah118. Jika engkau mengazab mereka atas kesesatan mereka, maka sesungguhnya mereka itu adalah hamba-hamba yang Engkau miliki yang dapat Engkau beri tindakan sesuai kehendakMu. Dan demikian itulah keadilan. Dan jika Engkau mengampuni mereka, maka Engkaulah Dzat yang Maha Kuat lagi Maha Kuasa atas hal itu, dan Maha bijaksana tindakannya. Maksud dari ucapan Isa adalah suatu permohonan dan perwakilan segala urusan kepada Allah, karena Isa tahu bahwa Allah tidak mengampuni kesyirikanMau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-Awaji, professor tafsir Univ Islam MadinahJika Engkau menyiksa mereka, sesungguhnya mereka adalah hamba-hambaMu. Jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha perkasa lagi Maha bijaksana.”📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H111-120. MaksudNya ingatlah nikmatKu kepadamu manakala aku memudahkan untukmu mendapatkan pengikut-pengikut dan penolong-penolong, maka aku ilhamkan kepada Hawariyyin pembela dan pengikut setia, dan aku bisikan iman kepadaKu dan RasulKu kedalam hati mereka, dan aku ilhamkan melalui lisanmu yakni aku memerintahkan kepada mereka melalui wahyu yang datang kepadamu dari Allah, maka mereka menjawab dan meresponnya dengan baik, mereka berkata, “ kami telah beriman dan saksikanlah wahai Rasul bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh kepada seruanMu.” Mereka menggabungkan antara Islam yang zahir yang di dasari ketundukan dengan amal yang di dasari dengan iman batin yang mengeluarkan pemiliknya dari kemunafikan dan iman yang lemah. Para Hawariyyin itu adalah orang-orang yang menolong, seperti kata Isa kepada mereka, "Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong agama Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk menegakkan agama Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata “Kamilah penolong-penolong agama Allah”, lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang." Ash- Shaff14 “Ingatlah ketika pengikut-pengikut Isa berkata, Hai Isa putra Maryam bersediakah Tuhanmu menyediakan hidangan dari langit kepada kami?’” maksudNya, meja makanan dengan makanan. Ini bukan karena keraguan mereka terhadap kuasa Allah dan kemampuaNya untuk itu, akan tetapi itu usulan yang sopan dari mereka. Karena permintaan terhadap kekuasaan Allah bertentangan dengan ketundukan kepada kebenaran, dan ucapan yang keluar dari para hawariyyin bisa jadi mengarah kesana. Maka Isa menasehati mereka dan berkata, “ bertakwalah kepada Allah jika kamu benar-benar orang-orang yang beriman.” Karena seorang Mukmin akan bertakwa karena imanNya untuk selalu bertakwa, tunduk kepada perintah Allah dan tidak menuntut turunnya tanda-tanda kekuasaan Allah yang tidak di ketahui apa yang terjadi sesudah itu. Hawariyyin menjelaskan bahwa bukan itu maksud mereka, akan tetapi maksud mereka adalah baik yaitu karena kebutuhan, mereka berkata, “ Kami akan memakan hidangan itu.” Ini adalah bukti bahwa mereka memerlukannya, “ dan supaya tenteram hati kami” dengan iman ketika kami melihat tanda-tanda kekuasaan Allah denga mata kepala kami sehingga iman kami menjadi ain al-yaqin setelah sebelumnya adalah ilmu al-yaqin seperti Ibrahim kekasih Allah yang meminta kepada Allah untuk di tujukan bagaimana menghidupka orang mati. Allah berfirman "Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati”. Allah berfirman “Belum yakinkah kamu?” Ibrahim menjawab “Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap dengan imanku Allah berfirman “Kalau demikian ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. Allah berfirman “Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera”. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." Al-Baqarah260. Seorang hamba memerlukan tambahan ilmu, keyakinan, dan iman setiap saat. Oleh karena itu Allah berfirman, “Dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami,” yakni, kami mengetahui apa yang kamu bawa, bahwa ia adalah benar. “Dan kami menjadi orang-orang yang menyksikan hidangan itu.” Yakni, ia membawa kebaikanbagi orang yang datang sesudah kami. Kami menjadi saksi dalam hal ini, maka hujjah pun tegak dan bukti semakin bertambah kuat dengan itu. Manakala Isa mendengar itu dan mengetahui maksud mereka, dia mengabulkan permintaan mereka, dia bero’a, “ Ya Tuhan Kami, turunkanlah sekiranya kepada kami suatu hidangan kepada kami dari langit yang hari turunnya akan mejadi hari raya yaitu bagi orang-orang yang bersama kami kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaanMu.” Maksudnya, hari turunnya di jadikan hari raya dan musim bagi memperingati hari bessar dari kekuasaan Allah itu ia kan selalu di ingatdan tidak di lupakan selama waktu dan tahun terus berganti, sebagaimana Allah menjadikan hari raya di manasik kamu Muslimin sebagai momen untuk mengingat kebesaranNya dan mengingat jalan para Rasul dan Sunnah mereka yang lurus, karunia dan kebaikanNya untuk mereka, “ Berilah Kami Rezeki, da Engkaulah Pemberi Rezeki yang paling utama.” Yakni di jadikan ia sebagai rezeki kami. Isa memohon agar hidangan itu di turunkan untuk dua kemaslahatan Pertama, kemaslahatan agama, yaitu sebagai tanda kekuasan Allah yang kekal, dan Kedua, kemaslahatan dunia sebagai rezeki. “Allah berfirman, Sesungguhnya aku akan menurunkan hidangan itu kapadamu, barangsiapa yang kafir sesudah di turunkannya hidangan itu, maka sesungguhnya aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia’.” Karena dia menyaksikan tanda kekusaan Allah yang mengagumkan dan dia kafir karena kesombongan dan pengingkaran, maka dia berhak mendapatkan siksa yang pedihdan hukuman yang berat. Ketahuilah bahwa Allah berjanji hendak menurunkannya, Dia mengancam mereka dengan ancaman itu jika mereka mengingkarinya, tetapi Dia tidak menyatakan akan menurunkannya. Ada kemungkinan, karena mereka tidak memilih ini. Ini di tunjukan bahwa ia tidak di sebut di dalam Injil yang ada di tangan orang-orang Nasrani dan sama sekali tidak ada indikasi bahwa itu terjadi . Kemungkinan lain ia sudah di turunkan seperti yang di janjikan oleh Allah, karena Dia tidak menyelisihi janji, tetapi masalah ini tidak di singgung di dalam Injil, karena ia termasuk bagian di mana mereka di ingatkan denganNya tetapi mereka melupakanNya. Atau mereka memang tidak di sebt dalam Injil sama sekali, karena ia telah di warisi dari generasi ke generasi. Generasi berikut mengambil dari generasi sebelumnya, maka Allah merasa itu cukup tanpa harus di singgug di dalam Injil, dan makna ini di dukung oleh FirmanNya, “ dan kami jadikan orang-orang yang meyaksikan hidangan itu.” Dan Allah lebih mengetahui kenyataan yang sebenarnya. “Dan ingatlah ketika Allah berfirman, Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah?’” ini adalah celaan terhadap orang-orang nasrani yang berkata, “ sesungguhnya Allah adalah satu dari tiga.” Maka Allah berfirman kepada Isa. Isa sendiri berlepas diri dari ucapan tersebut, dia berkata, “ Maha Suci Engkau” dari ucapan buruk ini dan dari segala yang tidak layak untukMu. “ Tidaklah patut bagu mengcapkan apa yang bukan hakku.” Yakni tidak layak dan tidak patut bagiku mengatakan sesuatu yang bukan sifat dan hakku, karena tiada suatu makhlukpun dari malaikat yang dekat kepada Allah, para nabi yang di utus, dan tidak pula selain mereka yang berhak menduduki derajat ketuhanan. Semuanya hany para hamba yang di atur, makhluk yang tunduk, dan fakir lagi tidak berdaya. “ Jika aku pernah mengatkanNya, maka tentulah engkau telah mengtahuiNya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diriMu.” Karena engkau lebih mengetahui apa yang keluar dariku, Engkau Maha Mengetahui yang ghaib. Ini termasuk kesempurnaan adab Al-Masih dalam berdialog dengan RabbNya, di mana dia tidak menjawab, “ Aku tidak mengatakan apa pun.” Tetapi dia hany menympaikan ucapan yang menafikan dari dirinya bahwa dia mengucapkan ucapan ucapan tersebut yang bertentangan dengan kedudukanNya yang mulia. Dan bahwa ini termasuk perkara yang mustahil, dan dia menyuciakan Allah dari itu dengan kesempurnaan dan mengembalikan ilmuNya kepada Dzat yang mengetahui yang ghaid dan yang Nampak. Kemudian dia secara jelas menyebutkan apa yang di perintahkan kepada Bani Israil, “Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa-apa yang Engkau perintahkan kepadaKu untuk mengatakanNya,” aku hanyalah hamba yang mengikuti dan aku tidak lancang terhadap kebesaranMu, “Sembahlah Allah, Tuhanku, dan TUhanmu.” Yakni aku tidak memerintahkan mereka kecuali dengan ibadah kepada Allah semata dan mengikhlaskan agama untukNya yang mengandung larangan untuk mengangkat diriku dan ibuku dua tuhan selain Allah dan penjelasan bahwa aku hanyalah seorang hamba, sebagaimana Allah adalah Rabbmu, Dia juga Rabbku. “Dan aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka.” Aku menjadi saksi atas orang yang menunaikan perkara ini dan yang tidak menunaikan. “Maka setelah Engkau wafatkan angkat aku, Engkaulah yang mengawasi mereka.” Yang mengetahui rahasia-raahasia dana pa yang mereka sembunyikan. “Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu,” dengan ilmu, pendengaran, dan penglihatan. IlmuMu meliputi segala sesuatu yang diketahui, pendengaranMu meliputi segala sesuatu yang didengar dan penglihatanMu meliputi segala sesuatu yang dilihat. Engkau membalas para hamba dengan kebaikan dan keburukan yang Engkau ketahui pada mereka. “Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hambaMU,” Engkau lebih menyayangi mereka daripada diri mereka sendiri dan Engkau lebih mengetahui keadaan mereka. Kalau mereka bukan hamba-hamba yang Bengal niscaya Engkau tidak menyiksa mereka. “Dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkau-lah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” Maksudnya, ampunanMu keluar dari kebijaksanaan dan kuasa yang sempurna, tidak seperti orang yang memaafkan dan mengampuni karena kelemahan dan ketidakmampuan. “Mahabijaksana,” di mana di antara kebijaksanaanNya adalah mengampuni orang yang melakukan sebab-sebab ampunan. “Allah berfirman,” menjelaskan keadaan hamba-hambaNya pada Hari Kiamat, siapa yang lulus dan siapa yang celaka, siapa yang berbahagia dan siapa yang sengsara, “Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka.” Orang-orang yang benar adalah orang-orang yang lurus dan petunjuk yang benar. Di Hari Kiamat mereka mendapatkan buah kebenaran ini jika Allah mendudukkan mereka di kursi kejujuran di sisi Maharaja Yang Maha Berkuasa. Oleh karena itu Allah berfirman, “Bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya, Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadapNYa. Itulah keberuntungan yang paling besar.” Sementara itu orang-orang yang dusta adalah sebaliknya, mereka akan memikul mudarat kedustaan, kebohongan, dan buah amal mereka yang rusak. “Kepunyaan Allah-lah langit dan bumi.” Karena Dia-lah Penciptanya, yang mengatur dengan hukum takdirNya, hukum syar’iNya, dan hukum pembalasanNya. Oleh karena itu Dia berfirman, “Dan DIa Mahakuasa atas segala sesuatu.” Tidak ada sesuatu pun yang melemahkanNya, justru segala sesuatu tunduk kepada kehendakNya dan patuh kepada perintahNya📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, Al-Ma’idah ayat 118 Engkau berhak bertindak terhadap mereka sesuai kehendak-Mu tanpa ada yang menghalangi. Engkau lebih sayang kepada diri mereka daripada sayangnya mereka terhadap diri mereka sendiri. Kalau bukan karena mereka durhaka dan keras kepala, tentu Engkau tidak akan menyiksa mereka. Yakni kepada orang-orang yang beriman di antara mereka. Ampunan-Mu muncul dari dari keperkasaan dan kekuasan-Mu, tidak seperti mereka yang biasanya memaafkan karena tidak memiliki kekuasaan. Engkau juga Mahabijaksana, di mana di antara kebijaksanaan-Mu adalah Engkau mengampuni mereka yang mengerjakan sebab-sebab untuk dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Ma’idah Ayat 118Nabi isa lalu mengembalikan nasib umatnya yang menyimpang dari ajarannya di akhirat kepada keputusan Allah. Wahai tuhan yang maha bijaksana, jika engkau menyiksa mereka, karena mereka menjadikan aku dan ibuku dua tuhan selain Allah, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu, tidak ada seorang atau suatu apa pun yang menghalangi kehendak-Mu; dan jika engkau mengampuni mereka, dengan kebesaran dan keagungan-Mu, meskipun mereka menyeleweng; sesungguhnya engkaulah yang mahaperkasa, mahabijaksana dalam segala yang hal yang engkau putuskan. Allah menjawab apa yang disampaikan nabi isa dengan berfirman kepadanya, inilah saat orang-orang yang benar tauhidnya kepada Allah, tidak mempertuhankan manusia, dan tidak beribadah kecuali kepada Allah; ibadahnya mengikuti ketentuan Allah, niatnya ikhlas dan hatinya bersih selama hidup di dunia, memperoleh manfaat dari kebenarannya di akhirat dengan memperoleh jaminan keselamatan dan terbebas dari azab jahanam. Mereka memperoleh surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, kenikmatan yang tiada bandingannya di dunia; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya, dalam keabadian tanpa batas waktu. Allah rida kepada mereka atas keyakinan mereka yang lurus, ibadah mereka yang istikamah, dan akhlak mereka yang mulia; dan mereka pun rida kepada-Nya atas segala perlakuan Allah kepada mereka. Itulah, sejatinya, kemenangan yang agung, menurut dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang Itulah aneka ragam penafsiran dari kalangan ahli tafsir terhadap kandungan dan arti surat Al-Ma’idah ayat 118 arab-latin dan artinya, semoga bermanfaat bagi kita. Sokong dakwah kami dengan memberi hyperlink menuju halaman ini atau menuju halaman depan Link Terbanyak Dikaji Baca ratusan halaman yang terbanyak dikaji, seperti surat/ayat Al-Humazah, Al-Fatihah 5, Al-Fatihah 4, At-Taubah, An-Nahl 114, An-Nisa. Ada pula Al-Muthaffifin, Al-A’raf 54, Ali Imran 190, Al-Anbiya 30, Al-Ma’idah 48, At-Tin 4. Al-HumazahAl-Fatihah 5Al-Fatihah 4At-TaubahAn-Nahl 114An-NisaAl-MuthaffifinAl-A’raf 54Ali Imran 190Al-Anbiya 30Al-Ma’idah 48At-Tin 4 Pencarian qs lukman, surat attaubah ayat 105, surat al-imran ayat 104, alam taro kaifa fa'ala robbuka bi, al mu Dapatkan amal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat. Plus dapatkan bonus buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah" secara 100% free, 100% gratis Caranya, salin text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga 3 group WhatsApp yang Anda ikuti Silahkan nikmati kemudahan dari Allah Ta’ala untuk membaca al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik surat yang mau dibaca, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar tafsir lengkap untuk ayat tersebut 🔗 *Mari beramal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat ini* Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol "Dapatkan Bonus" di bawah قَالَ عِيسَى ٱبْنُ مَرْيَمَ ٱللَّهُمَّ رَبَّنَآ أَنزِلْ عَلَيْنَا مَآئِدَةً مِّنَ ٱلسَّمَآءِ تَكُونُ لَنَا عِيدًا لِّأَوَّلِنَا وَءَاخِرِنَا وَءَايَةً مِّنكَ ۖ وَٱرْزُقْنَا وَأَنتَ خَيْرُ ٱلرَّٰزِقِينَ Arab-Latin Qāla 'īsabnu maryamallāhumma rabbanā anzil 'alainā mā`idatam minas-samā`i takụnu lanā 'īdal li`awwalinā wa ākhirinā wa āyatam mingka warzuqnā wa anta khairur-rāziqīnArtinya Isa putera Maryam berdoa "Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit yang hari turunnya akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rzekilah kami, dan Engkaulah pemberi rezeki Yang Paling Utama". Al-Ma'idah 113 ✵ Al-Ma'idah 115 »Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangPelajaran Penting Tentang Surat Al-Ma’idah Ayat 114 Paragraf di atas merupakan Surat Al-Ma’idah Ayat 114 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada sekumpulan pelajaran penting dari ayat ini. Tersedia sekumpulan penafsiran dari banyak mufassirun mengenai kandungan surat Al-Ma’idah ayat 114, di antaranya seperti tertera📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi ArabiaIsa putra maryam mengabulkan permintaan para pembela setia itu, lalu dia berdoa kepada tuhannya sembari mengucapkan, ”wahai tuhan kami, turunkanlah kepada kami hidangan makanan dari langit, yang akan kami jadikan hari turunnya hidangan itu sebagai hari raya kami yang akan kami agungkan dan diagungkan oleh orang-orang setelah kami. Dan hidangan itu akan menjadi tanda dan hujjah dariMu ya Allah yang menunjukan keesaanMu dan atas kebenaran kenabianku. Dan karuniakanlah kepada kami dari pemberianMu yang melimpah. dan Engkaulah sebaik-baik pemberi rizki. ”📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid Imam Masjidil Haram114. Kemudian Isa mengabulkan permintaan mereka. Dan ia pun berdoa kepada Allah, “Ya Rabb kami, turunkanlah kepada kami hidangan makanan yang pada hari turunnya dapat kami jadikan sebagai hari raya yang kami agungkan sebagai ungkapan rasa syukur kami kepada-Mu. Dan juga dapat menjadi tanda dan bukti atas keesaan-Mu dan kebenaran dari agama yang kubawa. Dan berilah kami rezeki yang dapat membantu kami dalam beribadah kepada-Mu. Sedangkan Engkau -wahai Rabb kami- sebaik-baik pemberi rezeki”.📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah114. Maka Isa bin Maryam menyetujui permintaan mereka, kemudian dia berdoa ya Tuhan kami, turunkanlah kepada kami hidangan yang hari turunnya akan menjadi hari raya bagi orang-orang yang bersama kami dan orang-orang setelah kami, dan hidangan itu menjadi bukti atas keesaan-Mu dan kebenaran kenabianku bahwa aku adalah utusan-Mu kepada Bani Israil. Dan Engkau adalah sebaik-baik pemberi dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah114. قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ اللَّـهُمَّ رَبَّنَآ أَنزِلْ عَلَيْنَا مَآئِدَةً مِّنَ السَّمَآءِ تَكُونُ لَنَا عِيدًا Isa putera Maryam berdoa “Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit yang hari turunnya akan menjadi hari raya bagi kami Yakni hari turunnya hidangan itu menjadi hari raya bagi kami. لِّأَوَّلِنَا وَءَاخِرِنَا yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami Yakni bagi orang yang berada di zaman kami dan orang yang datang setelah kami dari keturunan kami dan lainnya. وَءَايَةً مِّنكَ ۖ dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau Yakni bukti dan hujjah yang jelas atas kesempurnaan kuasa-Mu, dan kebenaran pengutusan-Mu kepada Rasul-Rasul-Mu. وَارْزُقْنَا beri rzekilah kami Yakni rezeki yang membantu kami untuk menjalankan ibadah kepada-Mu. وَأَنتَ خَيْرُ الرّٰزِقِينَ dan Engkaulah pemberi rezeki Yang Paling Utama Bahkan tidak ada yang memberi rezeki kecuali diri-Mu.📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah114. Ketika melihat keteguhan Hawariyun dan keinginan mereka agar diturunkan hidangan, Isa pun berdoa “Ya Allah Tuhan Kami, turunkanlah atas kami hidangan dari langit yang mana waktu turunnya hidangan itu menjadi hari raya dan hari bahagia untuk orang-orang di masa kami dan setelah kami, dan menjadi bukti nyata atas kuasaMu dan kebenaran risalah rasulMu, dan berilah rejeki yang bisa kami gunakan sebagai alasan untuk bersyukur dan beribadah kepadaMu. Engkaulah sebaik-baik pemberi rejeki, sebaik-baik pemberi, bahkan hakikatnya tiada pemberi rejeki selain Engkau”📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-Awaji, professor tafsir Univ Islam MadinahIsa putra Maryam berdoa, “Ya Allah, Ya Tuhan kami, turunkanlah kepada kami hidangan dari langit yang akan menjadi hari raya bagi kami} hari turunnya makanan itu menjadi hari raya bagi kami yang kami agungkan {yaitu bagi orang-orang yang sekarang maupun yang datang setelah kami} orang-orang yang di zaman kami dan orang-rang yang datang setelah kami {dan menjadi tanda bagi kekuasaanMu} tanda dariMu atas keesaanMu dan kebenaran kenabianku {Berilah kami rezeki. Engkaulah sebaik-baik pemberi rezeki.”Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H111-120. MaksudNya ingatlah nikmatKu kepadamu manakala aku memudahkan untukmu mendapatkan pengikut-pengikut dan penolong-penolong, maka aku ilhamkan kepada Hawariyyin pembela dan pengikut setia, dan aku bisikan iman kepadaKu dan RasulKu kedalam hati mereka, dan aku ilhamkan melalui lisanmu yakni aku memerintahkan kepada mereka melalui wahyu yang datang kepadamu dari Allah, maka mereka menjawab dan meresponnya dengan baik, mereka berkata, “ kami telah beriman dan saksikanlah wahai Rasul bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh kepada seruanMu.” Mereka menggabungkan antara Islam yang zahir yang di dasari ketundukan dengan amal yang di dasari dengan iman batin yang mengeluarkan pemiliknya dari kemunafikan dan iman yang lemah. Para Hawariyyin itu adalah orang-orang yang menolong, seperti kata Isa kepada mereka, "Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong agama Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk menegakkan agama Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata “Kamilah penolong-penolong agama Allah”, lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang." Ash- Shaff14 “Ingatlah ketika pengikut-pengikut Isa berkata, Hai Isa putra Maryam bersediakah Tuhanmu menyediakan hidangan dari langit kepada kami?’” maksudNya, meja makanan dengan makanan. Ini bukan karena keraguan mereka terhadap kuasa Allah dan kemampuaNya untuk itu, akan tetapi itu usulan yang sopan dari mereka. Karena permintaan terhadap kekuasaan Allah bertentangan dengan ketundukan kepada kebenaran, dan ucapan yang keluar dari para hawariyyin bisa jadi mengarah kesana. Maka Isa menasehati mereka dan berkata, “ bertakwalah kepada Allah jika kamu benar-benar orang-orang yang beriman.” Karena seorang Mukmin akan bertakwa karena imanNya untuk selalu bertakwa, tunduk kepada perintah Allah dan tidak menuntut turunnya tanda-tanda kekuasaan Allah yang tidak di ketahui apa yang terjadi sesudah itu. Hawariyyin menjelaskan bahwa bukan itu maksud mereka, akan tetapi maksud mereka adalah baik yaitu karena kebutuhan, mereka berkata, “ Kami akan memakan hidangan itu.” Ini adalah bukti bahwa mereka memerlukannya, “ dan supaya tenteram hati kami” dengan iman ketika kami melihat tanda-tanda kekuasaan Allah denga mata kepala kami sehingga iman kami menjadi ain al-yaqin setelah sebelumnya adalah ilmu al-yaqin seperti Ibrahim kekasih Allah yang meminta kepada Allah untuk di tujukan bagaimana menghidupka orang mati. Allah berfirman "Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati”. Allah berfirman “Belum yakinkah kamu?” Ibrahim menjawab “Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap dengan imanku Allah berfirman “Kalau demikian ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. Allah berfirman “Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera”. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." Al-Baqarah260. Seorang hamba memerlukan tambahan ilmu, keyakinan, dan iman setiap saat. Oleh karena itu Allah berfirman, “Dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami,” yakni, kami mengetahui apa yang kamu bawa, bahwa ia adalah benar. “Dan kami menjadi orang-orang yang menyksikan hidangan itu.” Yakni, ia membawa kebaikanbagi orang yang datang sesudah kami. Kami menjadi saksi dalam hal ini, maka hujjah pun tegak dan bukti semakin bertambah kuat dengan itu. Manakala Isa mendengar itu dan mengetahui maksud mereka, dia mengabulkan permintaan mereka, dia bero’a, “ Ya Tuhan Kami, turunkanlah sekiranya kepada kami suatu hidangan kepada kami dari langit yang hari turunnya akan mejadi hari raya yaitu bagi orang-orang yang bersama kami kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaanMu.” Maksudnya, hari turunnya di jadikan hari raya dan musim bagi memperingati hari bessar dari kekuasaan Allah itu ia kan selalu di ingatdan tidak di lupakan selama waktu dan tahun terus berganti, sebagaimana Allah menjadikan hari raya di manasik kamu Muslimin sebagai momen untuk mengingat kebesaranNya dan mengingat jalan para Rasul dan Sunnah mereka yang lurus, karunia dan kebaikanNya untuk mereka, “ Berilah Kami Rezeki, da Engkaulah Pemberi Rezeki yang paling utama.” Yakni di jadikan ia sebagai rezeki kami. Isa memohon agar hidangan itu di turunkan untuk dua kemaslahatan Pertama, kemaslahatan agama, yaitu sebagai tanda kekuasan Allah yang kekal, dan Kedua, kemaslahatan dunia sebagai rezeki. “Allah berfirman, Sesungguhnya aku akan menurunkan hidangan itu kapadamu, barangsiapa yang kafir sesudah di turunkannya hidangan itu, maka sesungguhnya aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia’.” Karena dia menyaksikan tanda kekusaan Allah yang mengagumkan dan dia kafir karena kesombongan dan pengingkaran, maka dia berhak mendapatkan siksa yang pedihdan hukuman yang berat. Ketahuilah bahwa Allah berjanji hendak menurunkannya, Dia mengancam mereka dengan ancaman itu jika mereka mengingkarinya, tetapi Dia tidak menyatakan akan menurunkannya. Ada kemungkinan, karena mereka tidak memilih ini. Ini di tunjukan bahwa ia tidak di sebut di dalam Injil yang ada di tangan orang-orang Nasrani dan sama sekali tidak ada indikasi bahwa itu terjadi . Kemungkinan lain ia sudah di turunkan seperti yang di janjikan oleh Allah, karena Dia tidak menyelisihi janji, tetapi masalah ini tidak di singgung di dalam Injil, karena ia termasuk bagian di mana mereka di ingatkan denganNya tetapi mereka melupakanNya. Atau mereka memang tidak di sebt dalam Injil sama sekali, karena ia telah di warisi dari generasi ke generasi. Generasi berikut mengambil dari generasi sebelumnya, maka Allah merasa itu cukup tanpa harus di singgug di dalam Injil, dan makna ini di dukung oleh FirmanNya, “ dan kami jadikan orang-orang yang meyaksikan hidangan itu.” Dan Allah lebih mengetahui kenyataan yang sebenarnya. “Dan ingatlah ketika Allah berfirman, Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah?’” ini adalah celaan terhadap orang-orang nasrani yang berkata, “ sesungguhnya Allah adalah satu dari tiga.” Maka Allah berfirman kepada Isa. Isa sendiri berlepas diri dari ucapan tersebut, dia berkata, “ Maha Suci Engkau” dari ucapan buruk ini dan dari segala yang tidak layak untukMu. “ Tidaklah patut bagu mengcapkan apa yang bukan hakku.” Yakni tidak layak dan tidak patut bagiku mengatakan sesuatu yang bukan sifat dan hakku, karena tiada suatu makhlukpun dari malaikat yang dekat kepada Allah, para nabi yang di utus, dan tidak pula selain mereka yang berhak menduduki derajat ketuhanan. Semuanya hany para hamba yang di atur, makhluk yang tunduk, dan fakir lagi tidak berdaya. “ Jika aku pernah mengatkanNya, maka tentulah engkau telah mengtahuiNya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diriMu.” Karena engkau lebih mengetahui apa yang keluar dariku, Engkau Maha Mengetahui yang ghaib. Ini termasuk kesempurnaan adab Al-Masih dalam berdialog dengan RabbNya, di mana dia tidak menjawab, “ Aku tidak mengatakan apa pun.” Tetapi dia hany menympaikan ucapan yang menafikan dari dirinya bahwa dia mengucapkan ucapan ucapan tersebut yang bertentangan dengan kedudukanNya yang mulia. Dan bahwa ini termasuk perkara yang mustahil, dan dia menyuciakan Allah dari itu dengan kesempurnaan dan mengembalikan ilmuNya kepada Dzat yang mengetahui yang ghaid dan yang Nampak. Kemudian dia secara jelas menyebutkan apa yang di perintahkan kepada Bani Israil, “Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa-apa yang Engkau perintahkan kepadaKu untuk mengatakanNya,” aku hanyalah hamba yang mengikuti dan aku tidak lancang terhadap kebesaranMu, “Sembahlah Allah, Tuhanku, dan TUhanmu.” Yakni aku tidak memerintahkan mereka kecuali dengan ibadah kepada Allah semata dan mengikhlaskan agama untukNya yang mengandung larangan untuk mengangkat diriku dan ibuku dua tuhan selain Allah dan penjelasan bahwa aku hanyalah seorang hamba, sebagaimana Allah adalah Rabbmu, Dia juga Rabbku. “Dan aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka.” Aku menjadi saksi atas orang yang menunaikan perkara ini dan yang tidak menunaikan. “Maka setelah Engkau wafatkan angkat aku, Engkaulah yang mengawasi mereka.” Yang mengetahui rahasia-raahasia dana pa yang mereka sembunyikan. “Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu,” dengan ilmu, pendengaran, dan penglihatan. IlmuMu meliputi segala sesuatu yang diketahui, pendengaranMu meliputi segala sesuatu yang didengar dan penglihatanMu meliputi segala sesuatu yang dilihat. Engkau membalas para hamba dengan kebaikan dan keburukan yang Engkau ketahui pada mereka. “Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hambaMU,” Engkau lebih menyayangi mereka daripada diri mereka sendiri dan Engkau lebih mengetahui keadaan mereka. Kalau mereka bukan hamba-hamba yang Bengal niscaya Engkau tidak menyiksa mereka. “Dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkau-lah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” Maksudnya, ampunanMu keluar dari kebijaksanaan dan kuasa yang sempurna, tidak seperti orang yang memaafkan dan mengampuni karena kelemahan dan ketidakmampuan. “Mahabijaksana,” di mana di antara kebijaksanaanNya adalah mengampuni orang yang melakukan sebab-sebab ampunan. “Allah berfirman,” menjelaskan keadaan hamba-hambaNya pada Hari Kiamat, siapa yang lulus dan siapa yang celaka, siapa yang berbahagia dan siapa yang sengsara, “Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka.” Orang-orang yang benar adalah orang-orang yang lurus dan petunjuk yang benar. Di Hari Kiamat mereka mendapatkan buah kebenaran ini jika Allah mendudukkan mereka di kursi kejujuran di sisi Maharaja Yang Maha Berkuasa. Oleh karena itu Allah berfirman, “Bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya, Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadapNYa. Itulah keberuntungan yang paling besar.” Sementara itu orang-orang yang dusta adalah sebaliknya, mereka akan memikul mudarat kedustaan, kebohongan, dan buah amal mereka yang rusak. “Kepunyaan Allah-lah langit dan bumi.” Karena Dia-lah Penciptanya, yang mengatur dengan hukum takdirNya, hukum syar’iNya, dan hukum pembalasanNya. Oleh karena itu Dia berfirman, “Dan DIa Mahakuasa atas segala sesuatu.” Tidak ada sesuatu pun yang melemahkanNya, justru segala sesuatu tunduk kepada kehendakNya dan patuh kepada perintahNya📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, Al-Ma’idah ayat 114 Yang akan dikenang dan dimuliakan. Dan tanda bagi kenabiannya.📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Ma’idah Ayat 114Nabi isa putra maryam menjawab permohonan al-hawa'riyyun dengan berdoa kepada Allah, ya tuhan kami, yang menguasai semua urusan, turunkanlah kepada kami hidangan yang lezat, nikmat, dan penuh berkah dari langit secara langsung, yang peristiwa turunnya hidangan ini akan menjadi hari raya, yakni menjadi peristiwa penting bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang sekarang bersama kami, al-hawa'riyyun, maupun yang datang setelah kami, yaitu orang-orang yang beriman kepada Allah dan nabi Muhammad; dan turunnya hidangan ini akan menjadi tanda bagi kekuasaan engkau sekaligus menjadi mukjizat bagiku. Kami pun memohon kepada-Mu, ya Allah, berikanlah kepada kami rezeki yang halal dan berkah, karena engkaulah sebaik-baik pemberi rezeki kepada seluruh makhluk dengan adil dan merata. Allah mengabulkan doa nabi isa. Allah berfirman, sungguh, aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, wahai al-hawa'riyyun sebagaimana kalian minta, tetapi barang siapa di antara kamu setelah hidangan itu turun, menjadi kafir dengan mempertuhankan nabi isa dan ibunya, maryam, maka sungguh, aku akan mengazabnya di akhirat dengan azab khusus yang tidak pernah aku timpakan kepada seorang pun, baik sebelum maupun sesudah kamu di antara umat manusia seluruh alam. Kekufuran mereka itu ialah telah mempertuhankan manusia, yaitu nabi isa dan ibunya, setelah Allah mengutus para nabi dan rasul yang menegaskan bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan tidak ada ibadah kecuali kepada-Nya. Isa putra maryam itu seorang rasul Allah dan maryam itu seorang perempuan salehah. Keduanya adalah manusia, tidak akan pernah menjadi dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangItulah berbagai penafsiran dari para ahli tafsir berkaitan kandungan dan arti surat Al-Ma’idah ayat 114 arab-latin dan artinya, moga-moga membawa faidah bagi kita bersama. Sokonglah kemajuan kami dengan memberi tautan ke halaman ini atau ke halaman depan Link Paling Banyak Dikunjungi Kaji berbagai topik yang paling banyak dikunjungi, seperti surat/ayat At-Takatsur, Al-Baqarah 286, Al-Mujadalah 11, Asy-Syams, Az-Zalzalah, Al-Ma’idah 2. Ada juga Ali Imran, An-Nur 2, Al-Baqarah 83, Al-Hujurat 12, Yunus 40-41, Al-Isra 23. At-TakatsurAl-Baqarah 286Al-Mujadalah 11Asy-SyamsAz-ZalzalahAl-Ma’idah 2Ali ImranAn-Nur 2Al-Baqarah 83Al-Hujurat 12Yunus 40-41Al-Isra 23 Pencarian inna ma'al usri yusro arab dan artinya, surat 10 ayat 16, annajiat, al anbiya ayat 20, an nisa 176 Dapatkan amal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat. Plus dapatkan bonus buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah" secara 100% free, 100% gratis Caranya, salin text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga 3 group WhatsApp yang Anda ikuti Silahkan nikmati kemudahan dari Allah Ta’ala untuk membaca al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik surat yang mau dibaca, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar tafsir lengkap untuk ayat tersebut 🔗 *Mari beramal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat ini* Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol "Dapatkan Bonus" di bawah قَالُوا۟ نُرِيدُ أَن نَّأْكُلَ مِنْهَا وَتَطْمَئِنَّ قُلُوبُنَا وَنَعْلَمَ أَن قَدْ صَدَقْتَنَا وَنَكُونَ عَلَيْهَا مِنَ ٱلشَّٰهِدِينَ Arab-Latin Qālụ nurīdu an na`kula min-hā wa taṭma`inna qulụbunā wa na'lama ang qad ṣadaqtanā wa nakụna 'alaihā minasy-syāhidīnArtinya Mereka berkata "Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu". Al-Ma'idah 112 ✵ Al-Ma'idah 114 »Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangKandungan Mendalam Mengenai Surat Al-Ma’idah Ayat 113 Paragraf di atas merupakan Surat Al-Ma’idah Ayat 113 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada beberapa kandungan mendalam dari ayat ini. Diketemukan beberapa penjelasan dari beragam mufassir berkaitan kandungan surat Al-Ma’idah ayat 113, di antaranya sebagaimana tercantum📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi ArabiaPara pembela setiamu berkata, ”kami ingin memakan hidangan itu dan hati kami akan tentram ketika melihatnya, serta kami akan tahu seyakin-yakinnya kebenaranmu sebagai nabi, dan agar kami termasuk orang-orang yang menyaksikan tanda kekuasaan itu dimana Allah menurunkannya sebagai hujjah bagiNya di hadapan kami dalam tauhid dan kuasaNYa atas segala yang dikehendakiNya dan hujjah penguat bagimu atas kebenaran kenabianmu.”📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid Imam Masjidil Haram113. Orang-orang ḥawāriyyīn berkata kepada Isa, “Kami ingin makan dari hidangan itu. Dan kami ingin agar hati kami merasa yakin bahwa kekuasaan Allah itu sempurna dan dirimu adalah rasul-Nya. Kami ingin tahu secara nyata bahwa kamu telah berkata jujur kepada kami tentang apa yang kamu bawa dari sisi Allah. Dan atas dasar itulah kami akan menjadi saksi untuk orang-orang yang tidak hadir saat ini.”📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah113. Para penolong Isa yang beriman berkata Kami ingin makan dari hidangan itu sehingga hati kami menjadi tenang karena kami telah melihatnya dan kami akan mengimani itu; dengan begitu kami telah menyaksikan, menyentuh, merasakan, dan menghirup baunya, sehingga kami mengetahuinya dengan sebenar-benarnya kebenaran kenabianmu dan kebenaran buah-buah keimanan yang kamu janjikan kepada kami. Dan agar kami dapat menjadi orang-orang yang menyaksikan mukjizat ini di kalangan Bani Israil sehingga orang yang akan beriman dapat beriman dengan hati yang mantap, sedangkan orang yang telah beriman akan bertambah kuat dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah113. قَالُوا۟ نُرِيدُ أَن نَّأْكُلَ مِنْهَا Mereka berkata “Kami ingin memakan hidangan itu Mereka ketika itu bersama banyak orang yang belum mendapatkan makanan yang cukup bagi mereka. وَتَطْمَئِنَّ قُلُوبُنَا dan supaya tenteram hati kami Yakni tentram kepada kesempurnaan kuasa Allah, atau tentram bahwa kamu adalah rasul yang diutus kepada kami dari sisi-Nya, dan bahwa Allah telah mengabulkan apa yang kami pinta. وَنَعْلَمَ أَن قَدْ صَدَقْتَنَا dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami Yakni agar kami mengetahui dengan pasti bahwa kamu telah berkata benar dalam hal kenabianmu. وَنَكُونَ عَلَيْهَا مِنَ الشّٰهِدِينَdan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu Yakni saksi untuk orang-orang yang tidak hadir dari Bani Israil dan manusia seluruhnya ketika hidangan itu turun.📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah113. Hawariyun berkata “Kami ingin memakan makanan dari meja makan ini, lalu hati kami akan tenang dengan kesempurnaan kuasa Allah, dan Kami mengetahui dengan yakin bahwa kamu benar tentang kenabianmu, dan kami akan menjadi saksi untuk Bani Israil yang tidak melihatnya”📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-Awaji, professor tafsir Univ Islam MadinahMereka berkata, “Kami ingin makan makanan dari hidangan itu dan agar tenteram hati kami serta agar kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami, dan atas hidangan itu kami termasuk orang-orang yang bersaksi.”Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H111-120. MaksudNya ingatlah nikmatKu kepadamu manakala aku memudahkan untukmu mendapatkan pengikut-pengikut dan penolong-penolong, maka aku ilhamkan kepada Hawariyyin pembela dan pengikut setia, dan aku bisikan iman kepadaKu dan RasulKu kedalam hati mereka, dan aku ilhamkan melalui lisanmu yakni aku memerintahkan kepada mereka melalui wahyu yang datang kepadamu dari Allah, maka mereka menjawab dan meresponnya dengan baik, mereka berkata, “ kami telah beriman dan saksikanlah wahai Rasul bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh kepada seruanMu.” Mereka menggabungkan antara Islam yang zahir yang di dasari ketundukan dengan amal yang di dasari dengan iman batin yang mengeluarkan pemiliknya dari kemunafikan dan iman yang lemah. Para Hawariyyin itu adalah orang-orang yang menolong, seperti kata Isa kepada mereka, "Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong agama Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk menegakkan agama Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata “Kamilah penolong-penolong agama Allah”, lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang." Ash- Shaff14 “Ingatlah ketika pengikut-pengikut Isa berkata, Hai Isa putra Maryam bersediakah Tuhanmu menyediakan hidangan dari langit kepada kami?’” maksudNya, meja makanan dengan makanan. Ini bukan karena keraguan mereka terhadap kuasa Allah dan kemampuaNya untuk itu, akan tetapi itu usulan yang sopan dari mereka. Karena permintaan terhadap kekuasaan Allah bertentangan dengan ketundukan kepada kebenaran, dan ucapan yang keluar dari para hawariyyin bisa jadi mengarah kesana. Maka Isa menasehati mereka dan berkata, “ bertakwalah kepada Allah jika kamu benar-benar orang-orang yang beriman.” Karena seorang Mukmin akan bertakwa karena imanNya untuk selalu bertakwa, tunduk kepada perintah Allah dan tidak menuntut turunnya tanda-tanda kekuasaan Allah yang tidak di ketahui apa yang terjadi sesudah itu. Hawariyyin menjelaskan bahwa bukan itu maksud mereka, akan tetapi maksud mereka adalah baik yaitu karena kebutuhan, mereka berkata, “ Kami akan memakan hidangan itu.” Ini adalah bukti bahwa mereka memerlukannya, “ dan supaya tenteram hati kami” dengan iman ketika kami melihat tanda-tanda kekuasaan Allah denga mata kepala kami sehingga iman kami menjadi ain al-yaqin setelah sebelumnya adalah ilmu al-yaqin seperti Ibrahim kekasih Allah yang meminta kepada Allah untuk di tujukan bagaimana menghidupka orang mati. Allah berfirman "Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati”. Allah berfirman “Belum yakinkah kamu?” Ibrahim menjawab “Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap dengan imanku Allah berfirman “Kalau demikian ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. Allah berfirman “Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera”. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." Al-Baqarah260. Seorang hamba memerlukan tambahan ilmu, keyakinan, dan iman setiap saat. Oleh karena itu Allah berfirman, “Dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami,” yakni, kami mengetahui apa yang kamu bawa, bahwa ia adalah benar. “Dan kami menjadi orang-orang yang menyksikan hidangan itu.” Yakni, ia membawa kebaikanbagi orang yang datang sesudah kami. Kami menjadi saksi dalam hal ini, maka hujjah pun tegak dan bukti semakin bertambah kuat dengan itu. Manakala Isa mendengar itu dan mengetahui maksud mereka, dia mengabulkan permintaan mereka, dia bero’a, “ Ya Tuhan Kami, turunkanlah sekiranya kepada kami suatu hidangan kepada kami dari langit yang hari turunnya akan mejadi hari raya yaitu bagi orang-orang yang bersama kami kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaanMu.” Maksudnya, hari turunnya di jadikan hari raya dan musim bagi memperingati hari bessar dari kekuasaan Allah itu ia kan selalu di ingatdan tidak di lupakan selama waktu dan tahun terus berganti, sebagaimana Allah menjadikan hari raya di manasik kamu Muslimin sebagai momen untuk mengingat kebesaranNya dan mengingat jalan para Rasul dan Sunnah mereka yang lurus, karunia dan kebaikanNya untuk mereka, “ Berilah Kami Rezeki, da Engkaulah Pemberi Rezeki yang paling utama.” Yakni di jadikan ia sebagai rezeki kami. Isa memohon agar hidangan itu di turunkan untuk dua kemaslahatan Pertama, kemaslahatan agama, yaitu sebagai tanda kekuasan Allah yang kekal, dan Kedua, kemaslahatan dunia sebagai rezeki. “Allah berfirman, Sesungguhnya aku akan menurunkan hidangan itu kapadamu, barangsiapa yang kafir sesudah di turunkannya hidangan itu, maka sesungguhnya aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia’.” Karena dia menyaksikan tanda kekusaan Allah yang mengagumkan dan dia kafir karena kesombongan dan pengingkaran, maka dia berhak mendapatkan siksa yang pedihdan hukuman yang berat. Ketahuilah bahwa Allah berjanji hendak menurunkannya, Dia mengancam mereka dengan ancaman itu jika mereka mengingkarinya, tetapi Dia tidak menyatakan akan menurunkannya. Ada kemungkinan, karena mereka tidak memilih ini. Ini di tunjukan bahwa ia tidak di sebut di dalam Injil yang ada di tangan orang-orang Nasrani dan sama sekali tidak ada indikasi bahwa itu terjadi . Kemungkinan lain ia sudah di turunkan seperti yang di janjikan oleh Allah, karena Dia tidak menyelisihi janji, tetapi masalah ini tidak di singgung di dalam Injil, karena ia termasuk bagian di mana mereka di ingatkan denganNya tetapi mereka melupakanNya. Atau mereka memang tidak di sebt dalam Injil sama sekali, karena ia telah di warisi dari generasi ke generasi. Generasi berikut mengambil dari generasi sebelumnya, maka Allah merasa itu cukup tanpa harus di singgug di dalam Injil, dan makna ini di dukung oleh FirmanNya, “ dan kami jadikan orang-orang yang meyaksikan hidangan itu.” Dan Allah lebih mengetahui kenyataan yang sebenarnya. “Dan ingatlah ketika Allah berfirman, Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah?’” ini adalah celaan terhadap orang-orang nasrani yang berkata, “ sesungguhnya Allah adalah satu dari tiga.” Maka Allah berfirman kepada Isa. Isa sendiri berlepas diri dari ucapan tersebut, dia berkata, “ Maha Suci Engkau” dari ucapan buruk ini dan dari segala yang tidak layak untukMu. “ Tidaklah patut bagu mengcapkan apa yang bukan hakku.” Yakni tidak layak dan tidak patut bagiku mengatakan sesuatu yang bukan sifat dan hakku, karena tiada suatu makhlukpun dari malaikat yang dekat kepada Allah, para nabi yang di utus, dan tidak pula selain mereka yang berhak menduduki derajat ketuhanan. Semuanya hany para hamba yang di atur, makhluk yang tunduk, dan fakir lagi tidak berdaya. “ Jika aku pernah mengatkanNya, maka tentulah engkau telah mengtahuiNya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diriMu.” Karena engkau lebih mengetahui apa yang keluar dariku, Engkau Maha Mengetahui yang ghaib. Ini termasuk kesempurnaan adab Al-Masih dalam berdialog dengan RabbNya, di mana dia tidak menjawab, “ Aku tidak mengatakan apa pun.” Tetapi dia hany menympaikan ucapan yang menafikan dari dirinya bahwa dia mengucapkan ucapan ucapan tersebut yang bertentangan dengan kedudukanNya yang mulia. Dan bahwa ini termasuk perkara yang mustahil, dan dia menyuciakan Allah dari itu dengan kesempurnaan dan mengembalikan ilmuNya kepada Dzat yang mengetahui yang ghaid dan yang Nampak. Kemudian dia secara jelas menyebutkan apa yang di perintahkan kepada Bani Israil, “Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa-apa yang Engkau perintahkan kepadaKu untuk mengatakanNya,” aku hanyalah hamba yang mengikuti dan aku tidak lancang terhadap kebesaranMu, “Sembahlah Allah, Tuhanku, dan TUhanmu.” Yakni aku tidak memerintahkan mereka kecuali dengan ibadah kepada Allah semata dan mengikhlaskan agama untukNya yang mengandung larangan untuk mengangkat diriku dan ibuku dua tuhan selain Allah dan penjelasan bahwa aku hanyalah seorang hamba, sebagaimana Allah adalah Rabbmu, Dia juga Rabbku. “Dan aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka.” Aku menjadi saksi atas orang yang menunaikan perkara ini dan yang tidak menunaikan. “Maka setelah Engkau wafatkan angkat aku, Engkaulah yang mengawasi mereka.” Yang mengetahui rahasia-raahasia dana pa yang mereka sembunyikan. “Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu,” dengan ilmu, pendengaran, dan penglihatan. IlmuMu meliputi segala sesuatu yang diketahui, pendengaranMu meliputi segala sesuatu yang didengar dan penglihatanMu meliputi segala sesuatu yang dilihat. Engkau membalas para hamba dengan kebaikan dan keburukan yang Engkau ketahui pada mereka. “Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hambaMU,” Engkau lebih menyayangi mereka daripada diri mereka sendiri dan Engkau lebih mengetahui keadaan mereka. Kalau mereka bukan hamba-hamba yang Bengal niscaya Engkau tidak menyiksa mereka. “Dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkau-lah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” Maksudnya, ampunanMu keluar dari kebijaksanaan dan kuasa yang sempurna, tidak seperti orang yang memaafkan dan mengampuni karena kelemahan dan ketidakmampuan. “Mahabijaksana,” di mana di antara kebijaksanaanNya adalah mengampuni orang yang melakukan sebab-sebab ampunan. “Allah berfirman,” menjelaskan keadaan hamba-hambaNya pada Hari Kiamat, siapa yang lulus dan siapa yang celaka, siapa yang berbahagia dan siapa yang sengsara, “Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka.” Orang-orang yang benar adalah orang-orang yang lurus dan petunjuk yang benar. Di Hari Kiamat mereka mendapatkan buah kebenaran ini jika Allah mendudukkan mereka di kursi kejujuran di sisi Maharaja Yang Maha Berkuasa. Oleh karena itu Allah berfirman, “Bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya, Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadapNYa. Itulah keberuntungan yang paling besar.” Sementara itu orang-orang yang dusta adalah sebaliknya, mereka akan memikul mudarat kedustaan, kebohongan, dan buah amal mereka yang rusak. “Kepunyaan Allah-lah langit dan bumi.” Karena Dia-lah Penciptanya, yang mengatur dengan hukum takdirNya, hukum syar’iNya, dan hukum pembalasanNya. Oleh karena itu Dia berfirman, “Dan DIa Mahakuasa atas segala sesuatu.” Tidak ada sesuatu pun yang melemahkanNya, justru segala sesuatu tunduk kepada kehendakNya dan patuh kepada perintahNya📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, Al-Ma’idah ayat 113 Maksud mereka kaum hawariyin meminta diturunkan hidangan dari langit adalah untuk dua maslahat - Maslahat bagi agama mereka, yakni menjadi bukti nyata atas kekuasaan Allah dan kebenaran rasul-Nya yang dapat dikenang sepanjang masa. - Maslahat dunia, yakni yang menjadi rezeki bagi mereka.📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Ma’idah Ayat 113Mereka, al-hawa'riyyun, berkata kepada nabi isa, kami, wahai nabi isa, memohon hidangan langsung dari Allah, karena kami ingin memakan hidangan itu bersamamu, agar hati kami menjadi tenteram menyaksikan mukjizatmu dan agar kami menjadi yakin atas kerasulanmu dan menjadi yakin bahwa engkau telah berkata benar kepada kami dalam membacakan dan mengajarkan agama Allah kepada kami, dan kami, dengan hidayah Allah, menjadi orang-orang yang menyaksikan mukjizat yang meyakinkan ini. Nabi isa putra maryam menjawab permohonan al-hawa'riyyun dengan berdoa kepada Allah, ya tuhan kami, yang menguasai semua urusan, turunkanlah kepada kami hidangan yang lezat, nikmat, dan penuh berkah dari langit secara langsung, yang peristiwa turunnya hidangan ini akan menjadi hari raya, yakni menjadi peristiwa penting bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang sekarang bersama kami, al-hawa'riyyun, maupun yang datang setelah kami, yaitu orang-orang yang beriman kepada Allah dan nabi Muhammad; dan turunnya hidangan ini akan menjadi tanda bagi kekuasaan engkau sekaligus menjadi mukjizat bagiku. Kami pun memohon kepada-Mu, ya Allah, berikanlah kepada kami rezeki yang halal dan berkah, karena engkaulah sebaik-baik pemberi rezeki kepada seluruh makhluk dengan adil dan dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangItulah pelbagai penafsiran dari kalangan ulama terkait kandungan dan arti surat Al-Ma’idah ayat 113 arab-latin dan artinya, semoga bermanfaat bagi kita bersama. Bantu usaha kami dengan memberi backlink ke halaman ini atau ke halaman depan Yang Cukup Banyak Dilihat Ada ratusan halaman yang cukup banyak dilihat, seperti surat/ayat Al-Humazah, Al-Ma’idah 48, Al-Anbiya 30, Al-Muthaffifin, An-Nahl 114, Al-Fatihah 5. Serta Al-Fatihah 4, At-Tin 4, Ali Imran 190, At-Taubah, An-Nisa, Al-A’raf 54. Al-HumazahAl-Ma’idah 48Al-Anbiya 30Al-MuthaffifinAn-Nahl 114Al-Fatihah 5Al-Fatihah 4At-Tin 4Ali Imran 190At-TaubahAn-NisaAl-A’raf 54 Pencarian al kahfi ayat 9, ayat al maidah, azzariyat ayat 56, ali imran ayat 2, bacaan al falaq dan artinya Dapatkan amal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat. Plus dapatkan bonus buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah" secara 100% free, 100% gratis Caranya, salin text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga 3 group WhatsApp yang Anda ikuti Silahkan nikmati kemudahan dari Allah Ta’ala untuk membaca al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik surat yang mau dibaca, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar tafsir lengkap untuk ayat tersebut 🔗 *Mari beramal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat ini* Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol "Dapatkan Bonus" di bawah

surat al maidah ayat 114 latin